Kamis, 23 Januari 2014

Teknik Pemeriksaan Cervical



Teknik Radiografi
Keset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8×10 inchi (18x24cm) memanjang
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi lateral yang benar, baik duduk atau berdiri, di depan perangkat grid vertikal.
Posisi objek : Posisikan pasien agar dekat dengan perangkat grid vertikal untuk memungkinkan bahu yang dekat bersandar terhadap perangkat sebagai dukungan. (Proyeksi ini dapat dilakukan tanpa menggunakan grid). Putar bahu anterior atau posterior sesuai dengan kyphosis alami vertebra. Sesuaikan bahu agar terletak dalam bidang horizontal yang sama, tekan sebisa mungkin, dan imobilize dengan memasang satu karung pasir kecil ke pergelangan tangan masing-masing. Karung pasir harus dari bobot yang sama. Hati-hati dan pastikan bahwa pasien tidak mengangkat bahu. Tinggikan dagu sedikit, atau pasien menjulur mandibula untuk mencegah superimposisi ramus mandibula dan tulang belakang. Pada waktu yang sama dan dengan bidang midsagittal kepala vertikal, mintalah pasien untuk melihat terus di satu tempat di dinding. Bantuan ini mempertahankan posisi kepala.
Central ray : Horisontal dan tegak lurus terhadap C4. Dengan pemusatan seperti, garis yang diperbesar dari bahu terjauh dari CP yang akan diproyeksikan di bawah tulang leher bawah.

Faktor Eksposi :
            kV       : 50 kV
            mA      : 200 mA
            s           : 0,1 s
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi lateral soft tissue cervical, lima bawah sendi zygapophyseal, dan prosesus spinosus. Tergantung pada seberapa baik bahu dapat ditekan, sebuah proyeksi lateral yang baik harus mencakup C7, kadang-kadang T1 dan T2 juga dapat dilihat.

Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak soft tissue dari cervical
  • Tidak tampak detil pencitraan dari ketujuh cervical
  • Leher diekstensikan sehingga mandibula tidak tumpang tindih atlas atau axis.
  • Tampak superposisi atau hampir superimposed dari mandibula.
  • Tidak ada rotasi atau kemiringan cervical spine yang ditunjukkan oleh sendi zygapophyeal yang terbuka.
  • C4 di tengah radiograf.

Teknik Pemeriksaan RPG



 Teknik Pemeriksaan

  1. Persiapan Pasien
Sama seperti persiapan pada pemeriksaan BNO-IVP, yakni :

1. Hasil ureum dan creatinin normal
2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
4. Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
5. Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus
6. Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
7. Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :
1. Penjelasan pada pasien
2. Dorongan mental dan emosional
8. Penandatanganan Informed consent.

  1. Persiapan Alat dan Bahan
1.       Pesawat sinar-X
2.        Media kontras iodium 20 cc
3.        Spuit 20 cc
4.        Needle 19 G
5.        Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
6.        Grid atau bucky
7.        Marker R/L
8.        Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)
9.        Desinfektan

  1. Prosedur Pemeriksaan
Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sblm pemeriksaan mulai dilakukan.
1. Lakukan Plain Foto (Abdomen polos)
1. Untuk memastikan letak kateter (untuk dokter urologis)
2. Radiografer : mengetahui ketepatan teknik dan posistioning.
2. Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju renal pelvis, pada ginjal yang
diperiksa.
1. Diambil dengan menggunakan film 24x 30
2. Kontras dimasukkan kembali ± 5 cc sambil kateter ditarik perlahan, lalu foto, menggunakan film 30x40 cm untuk melihat daerah ureter.
3. Kontras dimasukkan sampai habis, sambil ditarik diperkirakan kontras habis, dan keteter dilepas. Foto diambil dengan menggunakan fim 30x40.

A. Posisi AP

Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan
Posisi Objek : 
  • MSP sejajar dengan pertengahan bucky
  • Kedua tangan disamping tubuh
Central Ray : Tegak lurus pada bidang kaset (vertikal)
Central Point : MSP setinggi crista illiaca
FFD : 100 cm
Kriteria Gambar          :
  • Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.
b. Posisi AP Oblique

Posisi Pasien : Semisupine

Posisi Obyek :
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.
Central Ray : Tegak lurus kaset
Central Point : 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca
FFD : 100 cm

USG Kandung Empedu



USG Kandung Empedu
Merupakan pemeriksaan kandung empedu dengan mengunakan energi gelombang suara.Dengan pemeriksaan ini, kandung empeduakan tergambar sehingga kita bisa mengetahui adakah kelainan pada kandung empedu.

a.       Persiapan pasien
Pasien di instruksikan untuk puasa sekitar 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.  Puasa yang dimaksud adalah puasa makan, jadi pasien boleh minum air putih.Bila gejalanya akut, pemeriksaan bisa langsung dilakukan.  Jika kondisi memungkinkan, pasien bayi jangan di berikan makan selama 3 jam sebelum dilakukan pemeriksaan (sumber : Manual of Diagnostik Ultrasound).

b.      Posisi Pasien
Pasien di posisikan terlentang senyaman mungkin.Bila di perlukan, pasien dapat diposisikan miringatau decubitus.Jika dengan posisi tersebut masih sulit dalam mendapatkan gambaran kandung empedu, dapat dilakukan posisi duduk atau tegak.

c.       Pemilihan Tranduser
Tranduser yang biasa digunakan adalah jenis convex.Pemilihan frekuensi tranduser tergantung keadaan pasien.  Jika pasien gemuk, maka digunakan tranduser dengan frekuensi 3,5 MHz.  Namun, jika pasien anak-anak atau orang dewasa kurus, maka tranduser yang digunakan adalah berfrekuensi 5 MHz (sumber,Manual book Ultrasound).

d.      Teknik skening
Lakukan skening transversalsubcostal pada midclavicularline.Kemudian kita sweeping sampai menemukan kandung empedu.Jika sudah di dapat, selanjutnya putar tranduser 90° ke arah kiri sehingga menjadi skening longitudinal (sumber, Manual book Ultrasound).Lakukan sweeping untuk mencari gambaran kandung empedu.Cari gambar kandung empedu yang paling panjang.Jika sudah mendapatkan gambar kandung empedu, kemudian freeze.

Terkadang, skening subcostal tidak mampu menampilkan gambar kandung empedu.  Maka dilakukan skening alternatif, yaitu intercostal.  Skening ini dilakukan dengan cara menempelkan tranduser pada sela-sela iga.  Selanjutnya lakukan pengukuran pada dinding kandung empedu dan batu. 
e.       Gambaran USG kandung empedu
Gambaran hasul pemeriksaan kandung empedu sangat khas.  Kandung empedu tergambar sebagai suatu struktur unechoic lonjong.  Kandung empedu dikelilingi dinding hiperechoic yang nantinya akan diukur ketebalannya.  Jika skening dilakukan dengan cara subcostal, maka kandung empedu seolah-olah di dalam struktur hipoechoic, yaitu hati. 
Kandung empedu mempunyai batas yang tegas.  Dinding kandung empedu tergambar sebagai struktur hiperechoic yang menhelilingi kandung empedu.  Pada pemeriksaan USG kandung empedu, salah satu bagian yang nantinya di ukur adalah tebalnya dinding kandung empedu. 
Pada skening intercostal, kandung empedu terlihat diluar hati.  Karakteristik kandung empedu sama dengan posisi skening subcostal.  Dalam skening intercostal, mungkin lapangan gambar tidak terlalu luas karena tertutup bayangan akuistik dari tulang iga.

Teknik Pemeriksaan PTC



DEFINISI
Pemeriksaan radiologi invasive yang menggunakan media kontras untuk menilai duktus biliaris.
  • Sangat berperan terutama pada jaundice guna membedakan obstruksi jaundice dan non obtruksi
  • Digunakan untuk menentukan posisi, ukuran dan penyebab obstruksi
INDIKASI
  • Eksplorasi kelainan system billiary : cholangiocarcinoma, stone, stricture, sclerosing, maligna, kista, atresia biliary dan biliary fistula 
  • Jaundice / icterus dimana nampak dilatasi dari ductal system (dengan USG/CT) namun etiologi dari obstruksi belum jelas 
  • Ductus sukar diviasualkan dengan pemeriksaan lain (apabila oral dan IV - cholecystografi gagal) 
  • Pancreatic disease
KONTRA INDIKASI 
  • Sensitive terhadap Media Kontras 
  • Pyloric stenosis 
  • Acute pancreatistis
  • Glaucoma
PERSIAPAN PASIEN
  • Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan dimulai 
  • Pemeriksaan darah & urine lengkap
  • Pemeriksaan fungsi hati
  • Buang air kecil sebelum pemeriksaan 
TEKNIK RADIOGRAFI
  • Setelah dianastesi lokal, chiba needle dimasukan kedalam liver secara percutan dengan pengawasan melalui fluoroscopy.
  • Setelah diketahui letak bile duct, diambil cairan empedunya untuk pemeriksaan lab.
  • Selanjutnya MK disuntikan sedikit untuk mengetahui posisi jarum sudah tepat apa belum.
  • Jumlah kontras media sangat bervariasi tergantung volume dari saluran empedu.
  • Bila terjadi kebuntuan saluran, maka needle diganti dengan cateter untuk drainase. 
  • PA dan Oblique menggunakan serial film changer dan meja pemeriksaan dinaikan sedikit, sehingga posisi kepala lebih tinggi dari kaki.
  • Apabila diidentifikasi adanya obstruksi pada saluran empedu selanjutnya dipersiapkan untuk laparatomi.
PERAWATAN PASIEN
  • Temperatur, nadi dan tekanan darah dicek setiap saat ( 15 menit, 4 jam dan selanjutnya sampai 24 jam.
  • Dan selanjutnya diobservasi sampai 48 jam apabila terindikasi adanya perdarahan dan kebocoran empedu.
Basic Troley setting :
  • Steril : 
    • Needle catheter/Chiba Needle
    • Alat alat untuk insisi
    • Bahan steril lainnya 
  • Non Steril :
    • Skin cleanser 
    • Ampule contras media 
    • Disposible needle
    • Emergency drugs
KOMPLIKASI
  • Intraperitoneal Bleeding
  • Intrapritoneal Leakage of Bile dan Peritonitis
  • Liver Failure
  • Septicamia
  • Intraperitoneal Abses